Docker merupakan semacam container untuk dapat “mengikat” program beserta librarynya file konfigurasi dan hal terkaitnya. container ini berbeda dengan virtual machine yang mana perbedaanya terdapat pada penggunnan sistem operasi pada masing-masing nodenya. Virtualisasi berjalan diatas hypervisor dan guest OS , docker dapat menjalankan aplikasi langsung tanpa kedua hal tersebut.
Lebih jelasnya perhatikan bagan berikut :

<img src="https://miro.medium.com/max/700/1*sap8bbOj6mMdmUf9UbbzIg.png" alt="undefined" style="height: auto;width: 100%"/>


Docker ini bersifat open source dibawah lisensi Apache Versi 2.0 yang bsa dipergunakan secara gratis dan berfungsi sebagai wadah atau container untuk memasukkan aplikasi secara lengkap sehingga dapat berjalan dimana saja.

Terdapat beberapa tahan dalam pengembangan aplikasi yakni Design, Development, Deployment dan Testing / Release. Pengunaan docker ini akan terasa sangat memudahkan ketika kita akan mendeploy suatu aplikasi.

<img src="https://miro.medium.com/max/700/1*QPreL1kFCamYq-f8k2ZL_A.png" alt="undefined" style="height: auto;width: 100%"/>


Umumnya ketika kita mendeploy suatu aplikasi kita akan memberikan packaging dari code kita baik berupa jar, war ataupun packaging sesuai bahasa pemrograman yang dipilih. dengan docker alur pendeployan aplikasi akan berubah menjadi

<img src="https://miro.medium.com/max/700/1*30hJUOfdvwhm6WE0HEJjDQ.png" alt="undefined" style="height: auto;width: 100%"/>


Docker akan befungsi sebagai wadah untuk library, file konfigurasi, database dan hal terkait lainnnya, sehingga saat akan mendeploy ke suatu sistem kita hanya memerlukan suatu package docker itu sendiri. Tentu hal ini akan memudahkan bila kita memiliki kebutuhan untuk mendeploy aplikasi serupa pada banyak sistem.

Arsitektur pada Docker menggunakan mekanisme Client dan Server, Docker Client mengirimkan request ke Docker Server / Daemon agar docker dapat membangun, mendistribusikan, dan menjalankan container Docker. Docker Client dan Server dapat berjalan pada sistem yang sama, antar Docker Client dan Docker Server dapat berkomunikasi via socket menggunakan Restful API or CLI.

Terdapat beberapa komponen pada Docker ini yang saling membutuhkan satu sama lain.

<img src="https://miro.medium.com/max/700/1*xkTWn78cCvBeA4ANE7r6dg.png" alt="undefined" style="height: auto;width: 100%"/>

<ul>
<li>Docker Image : merupakan sebuah template yang bersifat read-only, di dalamnya akan terdapat sistem operasi beserta aplikasi web , database dan segala library terkait. Image dasar dapat dibuat sendiri dengan menambahkan aplikasi yang dibutuhkan ( commiting the change) dan dapatpula hasilnya kita simpan ke repository yang tersedia (push to repository), atau dapatpula mengambil yang telah tersedia (pull from repository)</li>
<li>Docker Container : merupakan runtime instance dari Docker image. Container mengandung seluruh kebutuhan untuk aplikasi sehingga aplikasi dapat berjalan dengan cara yang terisolasi. Contoh : Ubuntu OS dengan NGIX server saat image ini dijalankan dengan docker command, container akan terbuat dan NGIX server akan running dengan Ubuntu OS.</li>
<li>Docker Registry : merupakan komponen penyimpanan untuk Docker image. Berupa repository yang dapat diatur public maupun private, untuk kepentingan kolaborasi bersama orang lain. Docker Hub merupakan repository cloud dari Docker, diistilahkan public registry dimana orang dapat pull docker image yang tersedia dan push docker image mereka sendiri.</li>
<li>Docker File : berupa tex file yang mengandung serangkaian instruksi tentang bagaimana membangun Docker Image. Docker image tersebut mengandung setiap kode dengan dependensinya.</li>
</ul>
Terdapat Vagrant yang merupakan semacam tool seperti Docker yang berfungsi serupa, akan tetapi memiliki perbedaan dalam beberapa aspek. Vagrant sendiri merupakan aplikasi lightweight, reproducible, portable, software development environments.

<img src="https://miro.medium.com/max/400/1*E5dnUD4uKWacS4nACbliLg.png" alt="undefined" style="height: auto;width: 100%"/>

<ul>
<li>Scope of app isolation : Docker menjalankan a single app, sedang Vagrant dapat menjalankan multiple interacting apps secara bersama-sama. Docker dapat menggunakan Kubernetes untuk menyelesaikan persoalan ini.</li>
<li>Security levels : Docker menggunakan kernel dari sistem dimana OS berjalan (Windows,Linux atau Mac) sehingga bila OSnya terinfeksi kode berbahaya dapat membahayakan container. Sedang Vagrant perlu mengatur security saat instalasi / konfigurasi firewall OS berjalan.</li>
<li>Resource Utilization : Vagrant ketika berjalan diatas OS, memakan sejumlah resource dari OS secara berkelanjutan. Sedang Docker meniadakan level virtualisasi dan memungkinkan container untuk berjalan secara langsung diatas OS yang berjalan sehingga resource yang dipakai akan lebih efisien.</li>
<li>Operational Limitation : Docker dapat berjalan dihampir semua OS namun tidak memiliki native support untuk MacOS mulai April 2018, sehingga perlu VM untuk OS tersebut. Sedang Vagrant tidak memiliki batasan tersebut.</li>
</ul>
Vagrant sendiri lebih fokus ke sisi Virtual Machines sehingga ketika production kita perlu lebih mempertimbangkan size, integration and start-ups option from this tool.

Docker lebih siap ketika production, bila terdapat kekurangan dengannya dapat dikombinasikan dengan DevOps tools seperti Jenkins, Kubernetes dsb. Docker juga dilengkapi fitur sandbox (mekanisme pemisahan aplikasi dapat berjalan tanpa ada gangguan atas perubahan lingkungan host) sehingga pengerjaan pengembang dan sysadmin tidak terganggu.

Referensi :
https://www.dewaweb.com/blog/tutorial-docker-dalam-bahasa-indonesia/
https://www.janbasktraining.com/blog/docker-vs-vagrant/
https://rizkimufrizal.github.io/belajar-docker/
https://www.youtube.com/watch?v=KrcHmVzmFN8&amp;list=PL-CtdCApEFH-A7jBmdertzbeACuQWvQao

<a href="https://medium.com/@alfian.pesan/belajar-docker-1709468aab13" target="_blank">Sumber</a>&nbsp;

Docker merupakan semacam container untuk dapat “mengikat” program beserta librarynya file konfigurasi dan hal terkaitnya. container ini berbeda dengan virtual machine yang mana perbedaanya terdapat pada penggunnan sistem operasi pada masing-masing nodenya. Virtualisasi berjalan diatas hypervisor dan guest OS , docker dapat menjalankan aplikasi langsung tanpa kedua hal tersebut.

Belajar Docker